Gambar: sehatnegeriku.kemkes.go.id

Penjelasan Kementerian Kesehatan Tentang Bayi Di Sukabumi Setelah Divaksinasi

Selasa, 02 Jul 2024

Kementerian Kesehatan RI telah menerima laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Bayi laki-laki berinisial MKA meninggal beberapa jam setelah mendapatkan imunisasi dengan empat jenis vaksin, yaitu vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG) untuk penyakit tuberkulosis (TB), Difteri-Pertusis-Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus Influenzae Type B (DPT-HB-Hib), Polio tetes dan Rotavirus untuk pencegahan diare.

Hasil investigasi yang dilakukan Komite Daerah (Komda) KIPI Jawa Barat dan Pokja KIPI Kota Sukabumi bersama Dinas Kesehatan Kota Sukabumi menunjukkan bahwa bayi tersebut lahir dengan bantuan bidan dan sudah mendapatkan vitamin K juga vaksin hepatitis B.

Namun, setelah lahir, bayi yang berusia hampir 3 bulan ini tidak pernah dibawa ke Puskesmas. Ia baru kembali dibawa oleh orangtuanya saat berusia 2 bulan 28 hari ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi.

Imunisasi yang diberikan tenaga kesehatan terhadap bayi MKA ini merupakan imunisasi ganda, yaitu pemberian vaksin lebih dari satu jenis vaksin dalam sekali kunjungan.

Pada hari itu, 18 anak menerima imunisasi di Posyandu, termasuk 3 anak yang mendapatkan 4 jenis vaksin seperti bayi MKA. Saat ini, kondisi mereka sehat.

Setelah imunisasi, bayi MKA kembali ke rumah dan dalam keadaan normal. Namun, beberapa waktu kemudian, ia mulai menunjukkan gejala lemah. Orangtuanya segera menghubungi Puskesmas setelah melihat kondisi yang tidak normal.

Petugas kesehatan segera datang ke rumah bayi MKA dan membawanya ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut.

Menurut Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr, SpAK, MM, Ketua Komda KIPI Jawa Barat, pertolongan pertama diberikan karena petugas imunisasi langsung merespons dan membawa bayi ke rumah sakit.

Namun, sayangnya, bayi MKA tidak dapat diselamatkan setelah tiba di rumah sakit dan dinyatakan meninggal dunia pada 11 Juni 2024.

Keluarga bayi MKA ingin agar kasus kematian anak mereka diselidiki lebih lanjut.

Audit insiden setelah imunisasi

Audit kausalitas telah dilakukan oleh Komda KIPI Jawa Barat dan Komisi Nasional (Komnas) KIPI. Berdasarkan hasil audit, belum dapat dipastikan penyebab kematian Bayi MKA terkait dengan imunisasi. Rekomendasi yang diberikan adalah melakukan autopsi," ungkap Prof Hindra Satari, Ketua Komnas KIPI.

Ketua Komda dan Ketua Komnas KIPI telah memberikan penjelasan langsung kepada keluarga almarhum," kata Prof. Kusnandi Rusmil.

Meskipun rencana autopsi telah disarankan, keluarga almarhum Bayi MKA menolak untuk melaksanakannya. Keputusan ini diambil setelah keluarga mencabut tuntutan polisi dan kuasa hukum.

"Keluarga menolak autopsi dan mencabut tuntutan polisi serta kuasa hukum. Mereka menyatakan menerima kematian almarhum Bayi MKA," jelas Prof Hindra.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah mengambil sampel vaksin yang diberikan kepada almarhum Bayi MKA. Pengambilan sampel ini dilakukan untuk mengevaluasi kualitas vaksin.

"BPOM juga telah mengambil sampel vaksin yang diberikan kepada almarhum Bayi MKA. Sampel ini akan diuji untuk menilai kualitasnya. Proses pengujian kualitas sedang berlangsung," tambah Prof Hindra.

Suntikan ganda tetap aman diberikan

Direktur Pengelolaan Imunisasi, Prima Yosephine, menyatakan bahwa pemberian vaksin ganda atau lebih dari satu jenis vaksin telah direkomendasikan oleh Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). "Pemberian vaksin ganda ini aman dalam satu kali kunjungan," ujarnya.

Pemberian vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi nasional dilakukan sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), baik jadwal imunisasi rutin maupun kejar (catch up).

"Pemberian imunisasi kombinasi (lebih dari satu antigen atau satu jenis vaksin) sama aman dan efektifnya dengan imunisasi tunggal," jelas Prima.

"Menerima beberapa vaksin atau kombinasi vaksin dalam satu kunjungan penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit sedini mungkin. Hal ini juga memudahkan untuk menyelesaikan dosis yang dianjurkan tepat waktu."

Perlu ditekankan bahwa menerima suntikan dosis ganda juga tidak membebani sistem kekebalan tubuh.

"Antigen yang terdapat dalam vaksin hanya merupakan sebagian kecil dari apa yang secara alami dihadapi oleh tubuh kita setiap hari," lanjut Prima.

Menurut informasi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, data ilmiah menunjukkan bahwa menerima kombinasi vaksin sekaligus tidak menimbulkan masalah kesehatan kronis. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi dampak pemberian berbagai kombinasi vaksin.

Vaksin yang direkomendasikan terbukti efektif baik jika diberikan secara kombinasi maupun secara tunggal. Terkadang, pemberian kombinasi vaksin tertentu secara bersamaan dapat menyebabkan demam. Namun, kondisi ini bersifat sementara dan tidak menimbulkan kerusakan permanen.

Di Indonesia, manfaat imunisasi ganda antara lain:

A. Memberikan perlindungan dengan cepat

Imunisasi diberikan secepat mungkin untuk melindungi anak pada usia yang rentan.

B. Efektif

Pemberian beberapa imunisasi secara bersamaan mengurangi jumlah kunjungan sehingga orangtua dan anak tidak perlu datang berulang kali ke fasilitas kesehatan.

C. Mengurangi dampak negatif pada anak

Pemberian imunisasi secara bersamaan mengurangi kecemasan dan rasa sakit pada anak.

D. Meningkatkan efisiensi dan cakupan

Petugas kesehatan memiliki waktu untuk melakukan imunisasi ke lebih banyak anak, serta program kesehatan lainnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620 dan alamat email kontak@kemkes.go.id.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar