Ketua Program Studi Kajian Terorisme di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia, Muhamad Syauqillah, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati agar tidak terjebak dalam politik praktis yang mungkin tersembunyi di balik ajakan untuk berjihad ke Suriah. Ia menyatakan bahwa saat ini, ajakan dan seruan untuk meninggalkan tanah air demi berjihad di Negeri Syam mulai marak di media sosial, yang disebarkan oleh berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab. "Seruan yang beredar di media sosial itu jihad yang seperti apa? Siapa yang menjadi musuh kita di sana, dan apakah dengan melawan pihak tertentu di sana kita dapat mengklaimnya sebagai kegiatan berjihad? Menurut pendapat saya, jelas tidak," ungkap Syauqillah dalam pernyataan yang diterima di Jakarta pada hari Rabu. Syauqillah berpendapat bahwa kejatuhan rezim Bashar Al-Assad di Suriah menghasilkan dampak yang terasa hingga ke Indonesia. Ia menjelaskan bahwa perebutan kekuasaan di Suriah melibatkan sejumlah kelompok teroris yang mengklaim mewakili agama. Lebih lanjut, Syauqillah menekankan bahwa situasi di Suriah saat ini merupakan konflik antara berbagai faksi yang memiliki kepentingan berbeda. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat Indonesia dapat lebih bijak dalam menanggapi fenomena meningkatnya ajakan untuk berjihad di luar negeri. Dia berpendapat bahwa berbagai ajakan yang menggunakan banyak istilah agama dan mampu membangkitkan semangat masyarakat umum untuk berangkat sebenarnya hanya akan merugikan mereka yang terpengaruh dan telah sampai di lokasi tersebut. "Masyarakat Indonesia perlu bersikap kritis, karena situasi serupa juga pernah terjadi ketika Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) mengajak banyak negara untuk bergabung dengan mereka," ujarnya. Ia melanjutkan, pada waktu itu, banyak warga negara Indonesia yang sudah terlanjur berangkat ke sana dan setelah beberapa waktu terpaksa kembali karena kenyataan yang mereka temui tidak sesuai dengan janji manis yang ditawarkan oleh ISIS saat mereka masih berada di Tanah Air. Dengan demikian, ia berpendapat bahwa keberangkatan sejumlah warga negara Indonesia ke Suriah hanya akan menciptakan masalah baru, karena pada akhirnya, mereka yang sudah pergi akan meminta pemerintah Indonesia untuk memulangkan mereka. Pada akhirnya, Syauqillah menegaskan bahwa isu ini bukan sekadar pertarungan antara yang baik dan yang jahat, melainkan pertarungan kepentingan berbagai faksi yang ingin menguasai Suriah dengan memanfaatkan simbol-simbol keagamaan. Aspek yang perlu diperhatikan dari konflik yang terjadi di Suriah adalah keterlibatan berbagai kepentingan dengan narasi yang berbeda-beda, demikian disampaikan oleh Syauqillah. Sebagai warga negara Indonesia, ia berharap agar masyarakat tidak terlibat dalam dinamika konflik internal di negara lain, meskipun ada pihak-pihak yang berkonflik di Suriah yang berusaha melibatkan warga negara lain, seperti yang terjadi dengan ISIS di masa lalu.